ANALISIS FAKTOR INTRIKSIK RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019
Keywords:
ASI, Balita, BBLR, ISPA, Status Gizi, Status Imunisai, Vitamin AAbstract
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung kejadian ISPA dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini menunjukkan kenaikan yang signifikan, pada tahun 2016 jumlah ISPA sebanyak 52.731 kasus dan pada tahun 2017 berjumlah 58.232 kasus . Tujuan penelitian diketahui analisis faktor intrinsik risiko dengan kejadian ispa pada balita di wilayah kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung tahun 2019. Penelitian ini di lakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain case control. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, timbangan dan kms. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 1-5 tahun yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang yang dilaksakanakan bulan januari – februari 2020. Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariat. Terdapat 189 (84,4%) responden tidak BBLR, sebanyak 181 (80,8%) responden dengan gizi baik, sebanyak 142 (63,4%) responden tidak diberikan ASI eksklusif, sebanyak 121 (54,0%) responden dengan status imunisasi tidak lengkap dan sebanyak 151 (67,4%) responden dengan riwayat pemberian vitamin A. Ada hubungan status gizi (p-value = 0,000, or 4,261), asi eksklusif (p-value = 0,004, or 2,369), pemberian imunisasi (p-value = 0,016, or 1,993) dengan kejadian ispa. Tidak ada hubungan pemberian vitamin a dengan kejadian ispa di wilayah kerja puskesmas panjang kota bandar lampung tahun 2020 (p-value = 0,569). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian ispa pada balita di wilayah kerja puskesmas panjang kota bandar lampung tahun 2020 adalah status gizi (p-value0,000 ; or 4,450). Saran tenaga kesehatan membantu masyarakat dalam melakukan aplikasi perbaikan gizi anak dengan edukasi dan PMT pada status gizi kurang, agar peyakit isnfeksi (ISPA) tidak mudah menyerang anak.
References
Arun, A., Gupta, P., & Sachan, B. (n.d.).Original Article Study on Prevalence of Acute Respiratory Tract Infections ( Ari ) in Under Five Children in Lucknow. 298–302.
Asfianti, F., Nazir, H. M., Husin, S., & Theodorus, T. (2016). Pengaruh Suplementasi Seng dan Vitamin A Terhadap Kejadian ISPA dan Diare pada Anak. Sari Pediatri, 15(2), 93. https://doi.org/10.14238/sp15.2.2013.93-8
Basuki, R., Dewiyanti, L., & Elfia, Y. (n.d.). ASI Eksklusif Menurunkan Kejadian ISPA pada Bayi Usia 0-6 Bulan Exclusive Breast Feeding Decreasing Incidence of Acute Respiratory Infection on Infant 0-6 Month. Retrieved from http://www.digilib.unimus.ac.id/
Chandra. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung.(2019). Data kasus ISPA ternotifikasi per-puskesmas se-kota bandarlampung bulan januari-november tahun 2019. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung.
Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung. (2018). Capaian kasus ISPA per- puskesmas se-kota Bandar Lampung tahun 2018 . Bandarlampung: Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung.
Hartono. (2012). ISPA Gangguan Pernafasan pada Anak. Yogyakarta: Numed.
Hastono, Sutanto Priyo. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Inayati. (2016). Hubungan Faktor Risiko Intrinsik Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita. Jurnal Medika Respati, 11(4), 1907–3887.
Jackson, A. A., & Calder, P. C. (2004). Severe Undernutrition and Immunity. Handbook of Nutrition and Immunity, 71–92. https://doi.org/10.1007/978-1-59259-790-1_4
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Marhamah. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang. 1–15.
Nora, & Dan, I. (2017). Faktor-faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Kejadian Infeksi Saluran Napas Pada Baliata. 171.
Notoadmodjo. (2014). ilmu & Seni Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan (2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo. (2012). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prajapati, B., Talsania, N., Lala, M., & Sonalia, K. (2012). Epidemiological profile of acute respiratory infections (ARI) in under five age group of children in urban and rural communities of Ahmedabad district, Gujarat. International Journal of Medical Science and Public Health, 1(2), 52. https://doi.org/10.5455/ijmsph.2012.1.52-58
Puspasari. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Ranny. (2012). Hubungan antara Karakteristik Balita dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Gandon Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. 1(4), 53.
Ranuh. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia (4th ed.). Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Anak Indonesia.
Riyanto. (2017). Aplikasi Metedologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Numed.
Septiari. (2012). Mencetak Balita Cerdas Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Numed.
Soediaoetama. (2009). Ilmu Gizi. Yogyakarta: Dian Rakyat.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: EGC.
Supriasa. (2016). Penilaian Status Gizi (2nd ed.). Jakarta: EGC.
WHO.(2007). Pedoman Interim WHO Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.Indonesia: World Health Organization.
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & pemberantasannya (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
Zahra, Z., & Assetya, O. (2018). Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kejadian Ispa Pada Balita Di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, 16(3), 121–129. https://doi.org/10.22435/jek.v16i3.6945.121-129